Bintan
adalah tempat yang banyak di tanami pohon karet.Ada ratusan orang
keluar pagi yang gelap untuk mentoreh karet.Tanpa menyerah demi sekolah
anak-anak.
Malam itu,cahaya bulan tipis berada diatas langit.Dalam hembusan angin subuh pukul 03.00,suara yang sunyi,Turatin yang berjalan satu per satu pohon karet lainnya untuk di toreh.Hingga selesai yang seluas satu hektar tersebut.
21 tahun sudah wanita paruh baya yang tamat SMA itu menjadi petani
karet.Daerah Cikolek desa Toapaya Utara belum memberikan pilihan
pekerjaan lain yang lebih menjanjikan kepadanya.Suami yang menderita
penyakit asma tidak bisa membantu pekerjaannya dengan waktu yang lebih
lama hanya sebentar saja bisa membantu kerjanya.
Selama 21 tahun menghabiskan subuh di tengah kesunyian kebun
karet,ternyata tak memberi banyak perubahan nasib pada Ibu dua anak
ini.Bahkan sampai kini,wanita berusia 42 tahun itu mengaku walaupun
kebun ini miliknya sendiri tapi hasilnya tidak memuaskan dan tidak
tercukupi.
Dari pukul 03.00 pagi keluar hingga pukul 07.00 pulang untuk
sarapan dan melanjutkan kembali untuk mengambil hasil torehannya hingga
pukul 08.00 ini tak sebanding dengan penghasilannya.Turatin coba
menghitung,kalau 1 hektar hanya 10 kg yang sudah jadi ,ini hasil setelah
di beri obat.Dalam sebulan pengobatan di dilakukan 2 kali dan hari
pertama hasilnya lumayan bamyak,namun untuk hari seterusnya susunya akan
semakin berkurang.
Tak semua malam ia bernasib baik seperti itu,terkadang malam
mentoreh getah sudah hampir habis tiba-tiba turun hujan yang lebat dan
hasilnya tidak bisa di ambil karena telah tercampur dengan air hujan dan
ini akan sia-sia.Badan sudah letih dengan bekerja dan hasilnya tak ada.
Selama 21 tahun pohon karet tidak pernah di beri pupuk seharusnya
dalam1 tahun pohon karet harus di beri pupuk karena perekonomian kurang
mampu para petani karet tidak sanggup untuk membeli pupuk.Untuk makan
sehari-hari saja sulit apalagi untuk pupuk.Pemerintah tidak pernah
memberi bantuan pupuk kepada petani karet.
"Tolong pemerintah perhatikan petani karet,BBM mau naik masa harga
karet gak naik-naik,"ujar Turatin belum lama ini saya datang
kerumahnya.Penduduk di Desa Toapaya Utara ini pekerjaan yang di lakukan
rata-rata sebagai petani karet,dengan cuaca yang tidak menentu pastinya
membuat mereka resah.Karena pohon karet sedang mengalami musim gugur dan
pohon tidak bisa di toreh.Dalam 1 tahun pohon karet mengalami 4 musin
yaitu musim kemarau.hujan,pancaroba,gugur.
Dalam 1 hari kadang hanya dapat Rp.10 ribu dan malah gak dapat sama
sekali dam maximal Rp.50 ribu dan itu di cuaca baik dan setelah di
obat.Selain kondisi itu,duka lain petani karet juga disebabkan faktor
pemasaran.Sejauh ini ,petani karet di Cikolek kilometer36 jalan
Tanjunguban hanya bergantung pada tauke getah atau tengkulak yang
membuka lokasi di sekitar cikolek.
Petani karet ini tidak bisa lepas dari rantai tauke getah juga
disebabkan kondisi ekonomi mereka.Bila dalam satu minggu tidak bisa
mentoreh getah,tauke getah bersedia memberikan pinjaman dalam bentuk
sembako.Bahkan sebelum ke kebun karet seperti Turatin,dibekali cuka
getah sampai 2 botol.Tauke getah ini dimata Turatinak sekedar lintah
penghisap darah saja,tetapi teramat kompleks,yang kadang bisa berubah
wujud menjai juru selamat.
Hampir 4 jam Turatin menjelajahi kebun karet dengan penerangan
lampu senter sorot khusus yang di letakkan di kepala,beda dengan 7 tahun
lalu.Para petani karet menggunakan obor yang di sangkutkan di topi
anyaman.Ketika cahaya rembulan redup masih cukup menerangi kebun.Para
pentoreh getah pun berhamburan,sorotan cahaya lampu senter dari setiap
kebun mengiringi semangat yang tinggi.
Pohon yang ada di desa cikolek ini rata-rata pohon getah zaman
dulu,belum ada pohon getah modern."Seperti bulan November hingga
Desember tahun lalu cuaca bagusnya hanya 4 hari,kami mau makan
apa"ujarTuratin.Petani karet tidak sama dengan pedagang,maka darin itu
bantuan dari pemerintah sangat di harapkan bagi petani karet,telah lama
mereka menunggu bantuan pupuk namun tak kunjung datang.(Lia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar