Minggu, 25 Maret 2012

Petani Karet Mampu Kuliahkan Anak

Toapaya - Supoyo (48) petani karet di gesek kilometer 20 sedang menderes karet miliknya seluas 2 hektar. Harga jual karet dari petani saat ini Rp.18 ribu per kilogram. 
Dikabupaten Bintan masih terdapat lahan yang sangat luas berupa perkebunan karet yang digarap oleh warga setempat. Bapak supoyo menghawatirkan cuaca yang tidak mendukung apalagi jika tiba-tiba hujan lebat. Ia juga tidak bisa mendapatkan karet yg banyak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya kuliah serta sekolah anak-anaknya. Tapi, apapun rintangannya ia tetep menderes. Ia ingin membuktikan perkataan orang bahwa "Tidak mungkin dengan menderes bisa kuliahkan anak". sekarang ia buktikan bahwa ia bisa kuliahkan anak dengan hasil menderesnya.(Ind)

Mengintip Kegiatan Bidan PTT di Desa Toapaya


TANJUNGPINANG – Pemerintah Provinsi Kepri dinilai oleh pusat sukses meningkatkan kesehatan masyarakat dengan menugaskan 100 dokter keluarga dan bidan ke pelosok desa dan pulau-pulau.
Tribun melongok kehidupan keseharian satu diantara ratusan bidan yang bertugas di lingkungan yang baru, memerlukan adaptasi dengan tradisi budaya serta karakter masyarakat setempat agar bisa memberikan pelayanan kesehatan maksimal. Adalah Bidan Anthia (23) yang bertugas di Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Toapaya kilometer 20 sudah ditugaskan oleh Pemprov Kepri dalam hal ini Dinkes sejak Juli 2011.
Anthia, parasnya manis dan ramah serta teliti dalam memberikan pelayanan kesehatan. Ia kelahiran Jambi 14 Desember 1989 dan belum menikah. Sebagai bidan desa, Ia bertugas memberikan pelayanan kesehatan dasar mulai dari bayi hingga lansia, dan terutama ibu hamil hingga proses melahirkan.
“Kalau ada yang melahirkan, saya menangani sendiri. Kebetulan disini ditugaskan sendiri. Dan terkadang dibantu Ibu RT setempat untuk membedong bayinya,” Tutur bidan yang akrab dipanggil Thia ini, beberapa hari lalu. Ia memiliki kawasan tugas sepanjang 4 kilometer yaitu dari Jalan Arah Toapaya kilometer 16 hingga kilometer 20 Kabupaten Bintan. Selain melaksanakan tugas sehari-hari Ia berkewajiban membuat laporan kerja kepada Puskesmas Toapaya dan hal dianggap sebagai bagian dari pekerjaan mulia.
“Tidak hanya menunggu bila ada yang periksa kandungannya, saya perlu mencari ibu-ibu hamil yang tinggal mulai dari kilometer 16 hingga kilometer 20. Di sepanjang area itu terdapat sekitar 3.900 penduduk. Jika ada warga atau ibu hamil di wilayah tersebut maka saya harus mengetahuinya dan memberikan pelayanan kesehatan. Ini adalah tanggungjawab saya, maka saya sempatkan keliling ke rumah-rumah warga mencari dan mendata ibu hamil.” Terangnya.
Untuk biaya persalinan warga di desa ini semua digratiskan dengan bantuan Jampersal (Jaminan Persalinan) dari anggaran pemerintah pusat. Setiap ada warga yang melahirkan kemudian di klaim ke Puskesmas dan dilanjutkan ke Dinas Kesehatan untuk penggantian biaya persalinan. Syarat untuk memperoleh Jampersal yaitu minimal 4 kali periksa, KTP, KK dan laporan persalinan dari bidan yang menangani.
Karena tugas bidan Thia ini di desa atau Poskesdes, Ia tidak sebatas melayani ibu hamil dan melahirkan saja tetapi juga menangani warga yang sakit dan bahkan korban kecelakaan lalu lintas. Biaya pengobatan selain melahirkan, di Poskesdes ini dikenakan Rp. 10 ribu dan uang tersebut disetor ke Puskesmas Toapaya. Obat-obatan semuanya disuplai dari pemerintah yang Ia ambil tiap akhir bulan sekaligus mengantar laporan bulanan ke Puskesmas.
“Saya sudah akrab dengan warga disini dan merasa keluarga sendiri. Saya senang karena warga disini proaktif da ramah.” Akunya. Dengan fasilitas tinggal di sebuah rumah sekaligus untuk melayani pasien maka Thia pun memanfaatkan sarana tersebut semaksimal mungkin agar warga tetap terlayani kesehatannya dengan baik. Ruangannya dirasa masih kurang karena hanya tersedia satu ruangan periksa. Jika pasien ramai terpaksa menggunakan kamar untuk pemeriksaan, bahkan pernah menyuntik pasien di kursi depan meja kerjanya. (Ade – Wid dalam Tribun Batam)

Organisasi Pramuka Mengadakan LT 2 di Halaman RRI


Tanjungpinang – Kegiatan LT (Lomba Tingkat) 2 dilaksanakan oleh seluruh penggalang Kecamatan Bukit Bestari. Kegiatan ini berlangsung di halaman RRI Jalan Ahmad Yani, Tanjungpinang(22/03).
Organisasi Pramuka kini bangkit lagi dari kondisi jatuh sebelumnya. Pramuka mulai dikenalkan lagi di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD hingga Mahasiswa. Sore tadi kegiatan LT 2 resmi dibuka “Acara ini diadakan dalam rangka menguji ketangkasan tekspram bagi anak pramuka penggalang.“ Tutur Ahmad memberi keterangan.
“LT 2 ini hanya khusus bagi penggalang, kalau LT 1 khusus Gudep, LT 3 Cabang, LT 4 Tingkat Daerah, dan LT 5 Tingkat Nasional.” Ungkap Ahmad sebagai Pembina dalam kegiatan tersebut. “Untuk kegiatan LT3 dan LT4 akan menyusul bulan April nanti.” Tambah Ahmad menjelaskan.
Kegiatan diawali dengan pembukaan, kemudian masuk ke perlombaan. Tampak di halaman RRI anak pramuka penggalang sedang asyik membuat tenda-tenda dan api unggun untuk proses berkemah nanti. “Lagi buat tenda kak, sebagian buat api unggun.” Tutur Yeni salah satu penggalang pramuka.
Mereka semua cukup senang dengan kegiatan pramuka ini. “Dengan adanya kegiatan ini, kami bisa nambah pengalaman dan bisa kenal penggalang dari sekolah lain.” Ujar Yeni. Acara LT 2 ini memang bermanfaat, selain menunjukkan eksistensi organisasi pramuka juga dapat mengembangkan kreatifitas siswa dalam berorganisasi di bidang pramuka. (Ade)

Atap Rumah Melayang Bersama Hujan Angin


Tanjungpinang – Hujan disertai angin kencang mengguyur kota Tanjungpinang mulai pukul 16.35 hingga pukul 17.25 WIB. Terdapat salah satu atap rumah penduduk yang terangkut angin di sekitar jalan  Darussalam sore tadi. (21/03)
Pemilik rumah yang biasa disapa Ibu Eka ini tidak menyangka bahwa atap dapurnya akan terangkut. “Saya nggak tau gimana bisa terangkut, karena waktu hujan turun sangat lebat saya di kamar.” Ungkap Bu Eka. “Dirumah nggak ada siapa-siapa, Cuma ada saya dan anak saya aja.” Tutur Bu. Eka yang hanya memiliki satu anak perempuan ini. Hujan yang berlangsung tadi diiringi pemadaman lampu, itu yang membuat Bu. Eka bertahan di kamar saat hujan berlangsung. “Saya nggak ada fikiran hujannya akan mengangkut atap dapur saya.” Terangnya.
“Rumah ini hanya didiami oleh anak saya Ajeng, Saya dan Bapaknya aja.” Terang Bu. Eka. Sebelumnya memang sudah pernah terjadi hal seperti ini, tetapi ini yang pertama bagi Bu. Eka. “Ya ambil aja hikmahnya.” Tutur Bu. Eka dengan nada merendah.
Rumah yang letaknya mendekati daerah puncak ini memang cukup rawan, karena letaknya didataran tinggi. “Saya pikir hujan tadi nggak akan buat jadi kayak gini.” Ujar Bu. Eka. Melihat kejadian ini Bu. Eka mencoba lebih berhati-hati dan atapnya akan segera diganti. “Secepatnya pasti saya ganti,karena atap yang terangkat cukup luas dan bahaya juga kalau nanti turun hujan lagi.” Ungkap Bu. Eka. (Ade)

BADAI HANTAM TEPI LAUT

TANJUNGPINANG-Badai menghantam tepi laut Tanjungpinang Minggu (18/03).  Sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Angin kencang disertai hujan deras dan petir yang bersahut-sahutan.
Awalnya kelihatan masih cerah. Tak ada tanda-tanda akan datang hujan, apalagi badai. “ orang tadi masih cerah kok, paling Cuma berselang dua puluh menit. Langit gelap, angin kencang bertiup dari arah laut,” ujar Ujang (26).
Seorang penjual bandrek menyanggah gerobaknya agar tak terbawa angin.
Menurut penuturan penjual bandrek satu ini angin kencang seperti ini sudah biasa melanda Tanjungpinang, terutama tepi laut. “ mungkin karna di tepi laut, jadi anginnya terasa kencang sekali,” tambahnya lagi.
            Badai yang melanda tepi laut ini memporak porandakan kursi-kursi penjual bandrek di tepi laut. Namun tak ada kerugian dari bencana ini. “ Biasalah begini, mungkin factor alam juga kali ya, karena di tepi laut,” terang Ujang sambil merapikan dagangannya. ( Ani_Praktek Jurnalistik)

Ramuan Kuno

Tujuh Ramuan Penghilang Dahak
Batuk merupakan penyakit sehari-hari namun apabila tidak lekas disembuhkan dapat menjadi penyakit yang mematikan. Berikut ini tersaji ramuan-ramuan menyembuhkan batuk, khususnya batuk berdahak.
RAMUAN 1
Bahan :
-          30 biji cengkeh
-          3 sdm kecap manis
-          ½ gelas air
Cara membuat :
Setelah dicuci, rebus biji cengkeh hingga airnya mendidih, angkat dan masukkan kecap manis lalu tutup. Setelah dingin, minum seperti obat batuk (setengah sampai dengan 1 sdm) 3 x sehari. Ulang sampai sembuh.
RAMUAN 2
Bahan :
-          Segenggam bunga belimbing Wuluh
-          Garam sedikit
-          1 gelas air
Cara membuat :
Siram bunga belimbing wuluh dengan air hangat, kemudian rebus dan tambahkan garam. Setelah dingin minumkan. Cukup 1 sendok teh 3 x sehari.
RAMUAN 3
Bahan :
-          2 Lembar daun sirih
-          1 Sendok makan daun saga
-          1 Potong kecil akar wangi
-          5 Butir cengkeh
-          7 Kapulaga
-          Sedikit Adas
-          1 Gelas air
-          1 Sendok makan madu
Cara Membuat :
Setelah semua bahan dicuci, lalu direbus hingga airnya tersisa setengahnya. Tambahkan madu 1 sendok makan dan minum selagi hangat-hangat, 3 x sehari.
RAMUAN 4
Bahan :
-          8 gr rimpang kencur
-          2 lembar daun sirih
-          2 gr buah adas
-          4 gr daun saga
-          ½ gr Kemukus
-          ½ Kapulaga
-          135 ml air
Cara membuat :
Setelah dicuci bersih, rebus semua ramuan tersebut diatas hingga mendidih. Setelah dingin, minum. Lakukan 2 x sehari, pagi dan sore dan setiap minum sebanyak 50 ml. Lakukan selama 14 hari.

RAMUAN 5
Bahan :      
-          ½ gr rimpang bangle
-          5 gr daun saga
-          110 ml air
Cara membuat :
Setelah bahan diatas di cuci, rebus sampai mendidih. Setelah dingin, minum pada pagi dan sore masing-masing 100 ml. Lakukan sampai benar-benar sembuh.
RAMUAN 6
Bahan :
-          4 gr umbi bawang merah
-          4 gr daun poko segar
-          3 gr daun sembukan
-          4 gr pegagan segar
-          2 gr buah adas
-          125 ml air.
Cara membuat :
Setelah dicuci, rebus sampai mendidih. Setelah dingin, tiap pagi minum sehari sekali 100 ml. lakukan selama 14 hari.

RAMUAN 7
Bahan :
-          Bagian dalam daun lidah buaya secukupnya
-          Sirup secukupnya
Cara membuat :
Kupas kulit daun lidah buaya, lalu campurkan dengan sirup. Minum dua kali sehari pada pagi dan sore, masing-masing satu sendok makan.

Pidato Bung Tomo Kobarkan Semangat Rakyat Surabaya

Surabaya – Bung Tomo membakar semangat ribuan rakyat Surabaya dalam pidato singkatnya (10/11/1945). Pidato yang dihadiri seluruh warga Surabaya dari segala penjuru itu guna membangkitkan rasa patriotisme dan nasionalisme rakyat Surabaya dalam menghadapi Tentara Sekutu.
“Mereka telah minta supaya Kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih, tanda bahwa Kita menyerah kepada Mereka.” Tutur Bung Tomo yang ketika itu menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di Antara. “Semboyan Kita Tetap : Merdeka atau Mati!” Ungkap Bung Tomo dalam pidato penuh semangat tersebut.
Kobaran semangat Bung Tomo yang membara, dapat mengalir ke seluruh rakyat Surabaya yang hadir saat itu. “Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah. Yang dapat membikin secarik kain putih, merah dan putih. Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga.” Inilah tiga kalimat sarat makna ungkapan Bung Tomo.
Bung Tomo yang nama aslinya Soetomo ini memberikan keyakinan bahwa kita ada di pihak yang benar. “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!!!” Ungkap Bung Tomo menutup pidatonya di Surabaya tersebut.
Pidato yang berdurasi sekitar tujuh menit ini menjadi awal mula sejarah Hari Pahlawan bagi bangsa Indonesia. Peristiwa 10 November 1945 merupakan pertemuran terberat dalam revolusi Indonesia. Untuk itu, perlu kiranya kita sebagai Bangsa Indonesia yang telah merdeka dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah memerdekakan Bangsa ini.(Ade)

 =====================================================================
Berikut isi pidato Bung Tomo 10 November 1945
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semuanya telah mengetahui.
Bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka

Saudara-saudara….
Di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya.
Pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku,
Pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali,
Pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan,
Pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera,
Pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing.
Dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung.
Telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol.
Telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara.
Dengan mendatangkan Presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini.
Maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran.
Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri.
Dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara kita semuanya.
Kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya.
Ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia.
Ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini.
Dengarkanlah ini tentara Inggris.
Ini jawaban kita.
Ini jawaban rakyat Surabaya.
Ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu.
Kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu.
Kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada tetapi inilah jawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
Yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
Maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga


Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting!
Tetapi saya peringatkan sekali lagi.
Jangan mulai menembak,
Baru kalau kita ditembak,

Maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka.
Dan untuk kita saudara-saudara….
Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka.
Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara….
Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita,
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara.
Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!
oleh Sumber

BUNG TOMO BAKAR SEMANGAT PEMUDA SURABAYA

SURABAYA- Bung Tomo bakar semangat ribuan pemuda yang memadati lapangan Benteng Surabaya, Jumat (10/10). Dengan semangat berapi-api dan suara lantang ia menghimbau Pemuda Surabaya untuk membuktikan pada Tentara Inggris, bahwa Bangsa Indonesia benar-benar ingin merdeka.
Dalam orasinya Bung Tomo menegaskan, bahwa kita Bangsa Indonesia harus bersatu melawan penjajah. “ Pada pertempuran lampau, masyarakat Surabaya dan sekitarnya, pemuda Sumatra, pemuda Sulawesi, pemuda Aceh telah menunjukan satu pertahanan. Kini kita harus bersatu, agar kita sulit ditembus,” ujarnya seraya tangan mengepal ke udara.
Ribuan pemuda Surabaya semakin bersemangat ketika teriakan merdeka di lontarkan Bung Tomo. “ Kita ini bangsa yang besar, tundukkan Kompeni, kalahkan tentara Inggris. Kita harus menjaga kehormatan Bangsa Indonesia. Tunjukkan pada tentara Inggris, bahwa kita Bangsa Indonesia benar-benar ingin merdeka. Merdeka atau mati,” tegas Bung Tomo yang disambut teriakan merdeka Pemuda Surabaya.
Antusias pemuda Surabaya sangat tinggi. Hal ini terlihat ketika cuaca panas siang itu tak menjadi soal bagi mereka untuk tetap berdiri di lapangan hingga Bung Tomo usai berorasi. Orasi yang berlangsung satu jam itu, berjalan lancar dan aman. Ketika Bung Tomo selesai berorasi, masa bubar dengan tertip. (Ani_Praktek Jurnalistik)

WISATA RELIGI BONUS SEJARAH

Mesjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat

Angin semilir menyapa ketika perahu kecil bermesin yang bernama pompong itu melaju menuju Pulau Penyengat. Sekitar 15 menit perjalanan dari pusat kota Tanjungpinang. Di perjalanan kita bisa menikmati indahnya laut Tanjungpinang.
Dari jauh sudah terlihat kubah mesjid Sultan Riau, atau yang biasa disebut mesjid Pulau Penyengat. Suatu pemandangan yang memadukan antara keindahan alam dan tingginya nilai religi masyarakat sekitar.
Ketika menginjakan kaki di Pulau Penyengat, maka kekaguman kita akan semakin tinggi. Terutama pesona Mesjid Sultan Riaunya, belum lagi keramahan penduduk setempat. Serta beberapa situs sejarah lainnya yang terdapat di pulau ini.
Mesjid Putih Telur
Pulau Penyengat ini merupakan mas kawin (mahar) yang di berikan oleh Sultan Mahmudsyah kepada Istrinya Engku Putri atau Raja Hamidah, pada tahun 1805. Saat itulah awal pembangunan Mesjid Sultan Riau. Hanya waktu itu bangunannya masih memakai kayu.
Pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga Raja Abdurahman pembangunan mesjid dilakukan secara besar-besaran. Saat itu setelah melakukan shalat Ied, 1 Syawal 1284 H (1832 M) beliau menghimbau masyarakat untuk bergotong royong membangun mesjid Sultan Riau tersebut.
Semua warga pun berbondong-bondong , bahu membahu merenovasi mesjid yang luasnya sekitar 54 X 32 meter itu. Warga Penyengat juga mengumpulkan bahan makanan untuk pembangunan mesjid.
Salah satu bahan makanan yang di kumpulkan adalah telur. Karena banyak sisa telur yang tak terpakai, maka oleh para pekerja putih telur itu dijadikan campuran bahan bangunan. Menurut mereka putih telur mampu menjaga agar bangunan awet dan tahan lama. Kaarena itulah,  Mesjid Sultan Riau sering juga di sebut Mesjid Putih Telur.
Arsitektur yang Sarat Makna
Mesjid indah nan menyimpan nilai sejarah ini, arsitekturnya bernuansa ala India. Ini dikarenakan tukang yang membuat mesjid ini  adalah orang-orang india yang didatangkan dari Singapura.
Mesjid ini mempunyai 17 bubung, angka 17 bermakna jumlah rakaat shalat. Ada 13 kubah berbentuk bawang yang disusun secara bervariasi. Selain itu terdapat 4 pilat beton dibagian tengah.
Mesjid ini juga memiliki 4 menara yang tingginya 19 meter. Dulu di menara inilah muazin mengumandangkan azan. Tapi kini sudah digantikan pengeras suara yang dipasang pada keempat menara tersebut.
Dibagian luar mesjid terdapat 2 rumah  sotoh, yaitu rumah tempat persinggahan para musafir. Sedangkan di bagian depan berdiri dua balai-balai yang digunakan untuk musyawarah.
Saat pertama dibangun mesjid ini berwarna putih. Namun sekarang sudah di cat dengan warna kebesaran melayu yaitu kuning, dan dipadukan dengan warna hijau sebagai warna kebesaran islam.
Pada bagian dalam, ruangan mesjid ini memiliki 5 ruangan. Ini menandakan jumlah rukun iman. Sedangkan 4 tiang beton yang menyanggah dibagian dalam mengandung makna bahwa Islam memiliki 4 Mazab yang di yakini. Yaitu; Mazab Hambali, Maliki, Safii dan Hanafi.
Selain itu, 4 tiang beton itu juga mengandung makna isi gurindam dua belas karya Raja Ali Haji. Yaitu pasal pertama yang berbunyi, “ Barang siapa mengenal yang empat, maka dia itulah orang yang ma’rifat”
Mesjid yang berukuran 54 X 32 meter, dan memiliki bangunan induk seluas 29,3 X 19,5 meter ini tercatat sebagai mesjid pertama di Indonesia yang memiliki kubah. Hal ini disebutkan dalam 2 kali Festival Istiqlal di Jakarta (1991-1995)
Selain arsitektur yang unik dan syarat makna, mesjid kebanggaan masyarakat Pulau Penyengat ini juga menyimpan Al Quran tulisan tangan. Al Quran itu di pajang pada lemari kaca di dalam mesjid. Al Quran bersejarah itu, di tulis oleh putra Pulau Penyengat yaitu Abdurrahman Stambul. Ia dikirim untuk belajar agama ke Turki pada 1867.
Selain Mustaf yang di tulis oleh Abdurrahman, ada lagi Mustaf Al Quran tulisan tangan Abdullah Al Bugisi yang di tulis pada 1752. Mustaf ini memiliki keunikan, yaitu pada bingkainya terdapat tafsiran-tafsiran dari ayat-ayat Al Quran dalam bahasa melayu.
Sayangnya, Al Quran itu, sudah tak dapat di perlihatkan lagi, karena sudah terlalu rapuh dan rentan kerusakan. Ia tersimpan rapi dalam lemari di sisi kanan depan mesjid. Dalam lemari ini juga terdapat 300-an kitab, termasuk kitab kuning.
Mesjid Sultan Riau memang menyimpan nilai sejarah yang luar biasa. Mengunjungi mesjid ini, selain bisa menanam pahala, kita juga bisa menilik sejarah Pulau Penyengat  yang menarik untuk di ketahui. (Ani_Praktek Jurnalistik)

TREN POTONGAN RAMBUT CEWEK 2012

TANJUNGPINANG-Trend potongan rambut cewek untuk 2012, masih didominasi model potongan rambut Jepang,  Korea, Emo, Barat, dan model rambut luar negri lainnya. Di Beberapa salon kecantikan di Tanjungpinang, model ini banyak digandrungi remaja.
Sebut saja Ratih (16), pelanggan salon Latansa ini memilih potongan rambut bergaya artis Korea. Hal ini dikarenakan model potongan  rambut Korea merupakan trand yang banyak di jumpai di berbagai kalangan remaja seusianya.

“ Memang banyak  permintaan pengunjung untuk potongan rambut tertentu, misalnya Emo, dan potongan seperti rambut-rambut artis Korea begitu”, ujar Shanti (23) seorang karyawati salon Latansa. Salon yang terletak di jalan Wiratno, Tanjungpinang ini memang tak pernah sepi oleh pengunjung.
“ Model rambut begitu sudah mulai di minati pengunjung, dari awal tahun lalu,” terangnya. Kami memang selalu up to date, kalau urusan mode. Hal ini demi memanjakan pengunjung,” ujarnya menambahkan.
Trend potongan rambut memang selalu mendapat perhatian bagi kaum hawa. Akan tetapi, sebaiknya kita juga mempertimbangkan beberapa hal untuk memilih mode tersebut. Pililah model potongan rambut yang sesuai dengan wajah kita.
Alangkah baiknya lagi dalam memilih model potongan rambut, kita juga memperhatikan kondisi lingkungan, karakter, dan fisik kita  agar sesuai dan enak dilihat di mata orang lain. (Ani_Praktek Jurnalistik)

Selasa, 20 Maret 2012

FISIK BOLEH KURANG, SEMANGAT TETAP GARANG


 SOSOK

Krekkk, kreeekkk,. Terdengar bunyi pintu di buka dari dalam. Dari kaca pintu terlihat seseorang membuka pintu dengan menggunakan kakinya. Suasana rumah yang bernuansa klasik itu, terlihat lengang. Seorang wanita paruh baya, berdiri di ambang pintu. Perawakannya tinggi, namun di bahunya tampak kosong. Tak ada tangan terjuntai di sana.
Senyum ramahnya mencairkan suasana malam itu.  Nihaya baru saja menyelesaikan shalat Magrib. Masih terlihat sisa-sisa wudhu di wajah ramahnya.
Ruang tamu rumah tua itu terlihat rapi dan bersih. Di dinding terdapat beberapa kerajinan yang di buat oleh Nihaya. Misalnya saja rajutan yang bermotifkan Mesjid Nanggro Aceh Darusalam. Rajutan itu terlihat menawan meski dikerjakan dengan kaki, bukan tangan.
Nihayah Binti Abu Bakar (53) Terlahir di Tanjungpinang pada 2 Juni 1959, memang wanita yang luar biasa. Keterbatasan telah membuatnya kuat. Ia terlahir dengan kondisi tanpa kedua tangannya, namun hal itu tidak membuatnya gentar menghadapi dunia. Ia bahkan bisa meraih prestasi melebihi orang yang berfisik sempurna.
Sempat Menjadi Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau
          Awalnya orang tua Nihaya tidak mau menyekolahkannya, dengan alasan takut kelak ia akan menjadi bahan ejekan teman-temannya di sekolah. Namun Nihaya kecil terus membujuk orang tuanya, “ paling mereka hanya seminggu ngejekin saya, nanti mereka juga capek sendiri” katanya waktu itu. Akhirnya orang tuanya pun menuruti, dia disekolahkan di SD Negeri 8 Tanjungpinang.
Setelah menamatkan SD, orang tuanya kembali melarang Nihaya untuk melanjutkan pendidikan. Menurut mereka waktu itu, sekedar tulis baca saaja sudah cukup, mengingat kondisi Nihaya yang tidak memungkinkan. Akan tetapi Nihaya mendaftarkan diri secara diam-diam ke SMP Negeri 2 Tanjungpinang.
“ Sampai kapan saya harus bergantung kepada orang lain, kalau tak sekolah bagaimana saya bisa mandiri nantinya?” ujar Nihaya menambahkan. Pada 1978, ia menyelesaikan pendidikan di SMP. Nihayah lalu melanjutkan pendidikannya ke SMA Negri 1 Tanjungpinang, dan lulus pada tahun 1981.
          Dari sana, Nihayah yang haus akan ilmu mencoba peruntungannya di Pekanbaru. Dia memutuskan untuk kuliah di Fakultas Ekonomi dengan jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Riau (UNRI).
          Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Pada semester awal kuliahnya di Pekanbaru, Ayahandanya tercinta Abu Bakar di panggil Sang Pemilik Hidup. Beliau meninggal ketika Nihaya baru saja menikmati perannya sebagai mahasiswi, padahal Sang Ayah adalah mata air kehidupan keluarga serta penyanggah utama ekonominya saat itu.
          Setelah kepergian ayahnya, Nihaya sangat terpukul. Ia terpaksa mengubur mimpi indahnya tentang nikmatnya pendidikan. Ia memutuskan untuk kembali ke Tanjungpinang, menemani ibu tercinta.
          “ Ibu saya mulai sakit-sakitan saat itu, saya tak tega meninggalkannya, beliau sangat mengkwatirkan saya sendirian di Pekanbaru dengan kondisi begini. Jadi saya memutuskan untuk meninggalkan kuliah, meski baru jalan semester pertama,” kenangnya malam itu.
          Namun hal itu tidak mengurangi semangat Nihaya untuk hidup mandiri. Dengan bekal ilmu yang di perolehnya di UNRI, dia mencoba bisnis jual beli pakaian dan peralatan rumah tangga secara kredit. Barang itu di belinya di Singapura, dan dijual secara kredit di Tanjungpinang.

Aktris KEPRI Peraih Nominasi Piala Citra
        Pada 1992, Nihaya di ditawarkan untuk bermain film oleh sutradara Galeb Husin. “ Kebetulan saat itu, beliau sedang mengangkat kisah seorang penderita kangker payudara. Untuk memerankan film itu, Abang Galeb  memiliki inisiatif untuk langsung mengusulkan pada produser mengambil perameran asli. Maka ia pun menghubungi saya.”
          Kemudia Galeb merekam aktivitas keseharian Nihaya. Rekaman itu di ke Jakarta, untuk di tunjukan pada produser. Alhasil, produser pun tertarik, kemudian Nihaya dibawa ke Jakarta.
          Nihaya yang tidak memiliki dasar dunia acting, mengaku mengalami sedikit kesulitan. Namun karena sifatnya yang pantang menyerah akhirnya, Nihaya berhasil menjalankan perannya dengan baik. Dan tak sedikit pujian mengalir padanya.
          “ Film pertama itu berjudul Ku Berikan Segalanya. Saya berperan sebagai Anisa,” kenangnya. Di film itu Nihaya beradu peran dengan artis papan atas negeri ini, misalnya Rano Karno, Dedi Mizwar, dan Paramitha Rusadi.
Bagi mereka yang tumbuh pada awal era 1990-an , film ini tentu tidak asing lagi. Digarap oleh sutradara handal Galeb Husin, film ini berhasil mendapat 12 nominasi Piala Citra. Film ini juga di putar dalam festifal flm internasional di Singapura, dan memdapat penghargaan “ The Most Humanistic Film 1992” di Tokyo Jepang.
Setelah sukses membintangi flm “Ku Berikan Segalanya,” Nihaya terus mengibarkan sayapnya di dunia seni peran. Dia kembali membintangi film yang berjudul “Bunda Tersayang”. Film ini diputar secara bersambung di SCTV pada 1996. Setelah itu Nihaya memutuskan untuk pensiun dari dunia acting.


Mendirikan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Al – Hikmah
        Kepedulian Nihaya terhadap pendidikan Al-Quran sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan kiprahnya mendirikan TPA Al – Hikmah di mesjir Raya Al Hikmah Tanjungpinang pada 30 Agustus 2009.
          Awalnya Nihaya merasa prihatin karena tidak adanya TPA di salah satu mesjid besar di Tanjungpinang itu. Apalagi mesjid itu sudah memiliki Taman Kanak-Kanak (TK). “ Sayang jika tidak ada TPA, kan anak-anak juga butuh itu,” terang Nihaya.
          “ Saya ingin anak-anak kita mendapat pendidikan Al – Quran sejak dini. Hal ini bertujuan agar anak-anak memiliki kecintaan terhadap Al- Quran,” ujar Nihaya ketika ditanya alasannya mendirikan TPA Al-Hikmah. Saat ini ada sekitar 121 santri yang belajar di sana.
          “ Dari kecil saya memang bercita-cita jadi guru. Meski tak bisa jadi guru di sekolah, setidaknya saya bisa berbagi ilmu yang bermanfaat dengan orang lain.” Tambah Nihaya lagi.
          Saat ini Nihaya tidak hanya mengajarkan anak-anak membaca Al-Quran, tapi ia juga memupuk kecintaan anak-anak terhadap kesenian Marawis. “ kalau anak-anak yang main marawis, itu lebih semangat mukulnya. Mereka masih fres, dan bersemangat, jadi ngak ada salahnya kita arahkan” jelasnya.
          Selain         sibuk di TPA, Nihaya juga menyempatkan diri untuk melakukan aktifitas social lainnya. Misalnya ketika musim kurban tiba, Nihaya mengerahkan keluarga besarnya untuk berkurban di perkampungan miskin di sekitar Bintan. Tidak hanya itu, melalui jaringan keluarga besarnya di Singapura ia juga menggalang dana untuk membangun mesjid di perkampungan miskin tersebut.
          Itulah jejak perjalanan hidup yang dilukis Nihaya Binti Abu Bakar. Keterbatasan fisiknya tidak menjadi hambatan untuk maju. Bahkan dari sana kita bisa belajar memanfaatkan hidup dengan baik. Terkadang dalam ketidaksempurnaan manusia mampu melakukan hal-hal yang belum tentu mampu dilakukan orang lain. (Ani_Praktek Jurnalistik)